Manthous, Ngimpi, Bangawan Sore

Saturday, May 30, 2009 · 0 comments


Manthous lahir di Desa Playen, Gunung Kidul pada tahun 1950. Ketika berusia 16 tahun, Manthous memberanikan diri pergi ke Jakarta. Pilihan utamanya adalah hidup ngamen, yang ia anggap mewakili bakatnya. Namun, pada tahun 1969 dia bergabung dengan orkes keroncong Bintang Jakarta pimpinan Budiman BJ. Kemudian, pada tahun tahun 1976, Manthous yang juga piawai bermain bas mendirikan grup band Bieb Blues berciri funky rock bersama dengan Bieb anak Benyamin S. Bieb Blues bertahan hingga tahun 1980. Kemudian, Manthous bergabung dengan Idris Sardi, dalam grup Gambang Kromong Benyamin S. Selain itu, sebelumnya ia pernah juga menjadi pengiring Bing Slamet ketika tampil melawak dalam Grup Kwartet Jaya.

Kelihatannya semua pengalaman inilah yang membuat Manthous menguasai aliran musik apa pun. Dalam khazanah dangdut, bahkan, dia juga menjadi panutan karena mampu mencipta trik-trik permainan bas, yang kemudian ditiru oleh para pemain bas dangdut sekarang.

Pada tahun 1993, Manthous mendirikan Grup Musik Campursari Maju Lancar Gunung Kidul. Garapannya menampilkan kekhasan campursari dengan langgam-langgam Jawa yang sudah ada. Ada warna rock, reggae, gambang kromong, dan lainnya. Dengan gamelan yang diwarnai keyboard dan gitar bas. Bersama grup musik yang berdiri tahun 1993 dan beranggotakan saudara atau rekan sedaerah di Playen, Gunungkidul, Yogyakarta itu, Manthous menyelesaikan sejumlah volume rekaman di Semarang. Omzet penjualan mencapai 50.000 kaset setiap volume, tertinggi dibanding kaset langgam atau keroncong umumnya pada tahun-tahun pertengahan 1990-an.Di samping menyanyi sendiri dalam kegiatan rekaman itu Manthuos juga menampilkan suara penyanyi Sulasmi dari Sragen, Minul dari Gunungkidul, dan Sunyahni dari Karanganyar.
Beberapa lagunya yang populer di antaranya :

Namun, karya besarnya yang banyak dikenal oleh orang Indonesia adalah Getuk yang pertama kali dipopulerkan oleh Nurafni Octavia. Sampai sebelum akhirnya terkena serangan stroke, Manthous bersama Grup Campursari Maju Lancar Gunungkidul menjadi kiblat bagi para pencinta lagu-lagu langgam Jawa dan campursari.
Read More...

Yana Yuli - Hasrat Cinta

Friday, May 29, 2009 · 0 comments

Rusyana
Laki-Laki
Islam
Bogor, Jawa Barat, 08 April 1960

Rusyana atau lebih populer dengan nama Yana Julio, lahir di Bogor, Jawa Barat, 8 April 1960. Ia dikenal sebagai penyanyi populer Indonesia, yang mengawali karir menyanyinya lewat Bintang Radio & TV Remaja Regional II di Bogor.

Album populernya yang pernah dirilisnya di antaranya Satu Keinginan dan Hasrat Cinta.

Berikutnya, Yana menjuarai Festival Penyanyi Populer di Bogor dan DKI Jakarta, serta beberapa kali menjadi peserta dan juara event Festival Lagu Populer ASEAN. Di antaranya Juara I pada 1988 di Kuala Lumpur dan Runner Up pada 1989 di Manila. Selain itu, juga beberapa kali menjadi duta Indonesia dalam pertukaran budaya di Eropa.

Bersama grup Elfa's Singer, Yana juga beberapa kali menjadi duta Indonesia pada North Jazz Festifal di Denhagg, Belanda. Dan pada 1997 menjadi duta Indonesia di Thailand Jazz Festival.

Yana sendiri adalah ayah dari Diaz Ilyasa dan Aisyah Raihan Fadhilah, dari istri Kania Rusyana.
Read More...

Thats What Friends Are For

Wednesday, May 27, 2009 · 0 comments

Dionne Warwick was one of the most high in his pantheon. When one surveys her Sixties output, it is undeniable: Ms. Warwick was a stylist of the highest order. She made fluff sound substantial, and gave heft and height to the most pedestrian of songs. An enthralled Luther built his career based on a foundation of craft inspired by people like Ms. Warwick and in later years reached back to offer a number of them a second wind when Luther re-recorded their material and even did duets or provided production work for some of them. He was not only talented, Luther was generous.
Over the years he had hit on top of hits. He seemed to keep on going and artistically growing. He had become an institution. Two years ago I saw him at the Essence festival and was prepared to endure a nostalgia act,

but no, once again he put on a show—not quite as dramatic as a third of a century earlier at the Saenger Theatre, but a good show none the less.

Near the end of a stellar career, Luther produced “Dance With My Father,” thereby ensuring that he would be remembered as far beyond a simple balladeer. And now he’s gone. You just never know, Thats What Friends Are For.
While most of us recall Luther as a matinee idol, he also was legendary as a club icon. And though this live version of “A House Is Not A Home” is right-on Luther to the nth degree, it would not be fair to his legacy if we didn’t include a club track. So check out “Are You Using Me,” a 1998 Masters At Work mix that is probably new news to some of Luther’s old fans.
Read More...

Afgan - Terima Kasih Cinta

Monday, May 25, 2009 · 0 comments

Nama lahir Afgan Syah Reza
Lahir 27 Mei 1989 (umur 19)
Indonesia
Genre pop, soul, R&B, jazz
Pekerjaan penyanyi
Tahun aktif 2008 - sekarang
Perusahaan rekaman WannaB Music Production
Orang tua Lyod Yahya & Lola Purnama

Afgan dibesarkan di tengah keluarga yang suka menikmati musik. Bahkan mantan mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini sejak di bangku sekolah menengah sudah sering didaulat untuk menyanyi meskipun selalu ditampiknya karena malu.

Karirnya diawali ketika bersama teman-temannya berkunjung ke WannaB Instant Recording Studio. Di studio ini mereka menyanyi dan merekamnya dalam CD untuk koleksi pribadi. Di luar dugaan ternyata Afgan terpantau oleh Produser WannaB yang langsung menawarinya rekaman. Awalnya ia sempat ragu tapi akhirnya menerima juga dan ia langsung masuk dapur rekaman. Ternyata album pertamanya diminati khalayak dan mampu menempati posisi tertinggi di tangga lagu hit radio dan televisi terkemuka Indonesia.
nih lagu hitnya...Terima Kasih Cinta dan
Sadis

Read More...

Fariz RM

Sunday, May 24, 2009 · 0 comments

Fariz Roestam Moenaf
Laki-Laki
Islam
Jakarta, 05 Januari 1961
Biografi :

Fariz Roestam Moenaf atau lebih dikenal dengan nama Fariz RM, adalah seorang penyanyi sekaligus musisi senior Indonesia. Karya emasnya di antaranya lagu Barcelona dan PENARI yang hingga kini masih kerap diperdengarkan oleh sejumlah penyanyi.
Pria kelahiran Jakarta, 5 Januari 1961 itu, dalam perjalanan bermusiknya pernah bergabung dalam grup musik Young Gipsy. Fariz muda saat itu bersama Debby dan Odink Nasution kompak membawakan musik-musik rock Blues.

Putra pasangan Roestam Moenaf, seorang penyanyi RRI Jakarta dan Anna Reijnenberg, seorang guru musik itu, mengawali memasuki panggung profesional pada 1977. Hal itu ditandai dengan keikutsertaanya bersama teman sekolah SMA-nya, Raidy Noor, Erwin Gutawa dan Ikang Fawzi mengikuti Lomba Cipta Lagu Remaja. Mereka yang saat itu pelajar SMA 3 Jakarta itu berhasil meraih juara III, dalam kejuaraan yang diadakan oleh radio Prambors Jakarta.

Faris kemudian melanjutkan kuliah di Institut Teknoligi Bandung (ITB) jurusan Seni Rupa pada 1978. Baru pada 1980, dirinya merilis album sukses Sakura, yang kemudian mengantarkan namanya semakin sukses di dunia musik.

Selain itu Fariz juga pernah membentuk kelompok musik Wow bersama Iwan Madjid dan Darwin B Rachman. Kemudian membentuk proyek musik Symphony dan Jakarta Rhythm Section, yang keseluruhan berhasil merilis lagu-lagu sukses.

Dari perkawinannya dengan Oneng Diana Riyadini pada 1989 itu, dikaruniai Ramanitya Khadifa (meninggal di usia balita), putri kembar Ravenska Atwinda Difa dan Rivenski Atwinda Difa yang lahir 26 Oktober 1991. Dan terakhir Syavergio Avia Difaputra lahir 11 September 1999.

Di sisi kehidupan yang lain, istri mantan peragawati asal Semarang itu, mengaku pernah mengalami kecanduan alkohol dan mengonsumsi narkoba. Konon kebiasaannya tersebut menyebabkan dirinya menderita kanker liver pada 1996. Saat itu pula, Fariz tak banyak muncul menelorkan lagu-lagunya.

Fariz, belakangan kembali berurusan dengan polisi karena narkoba. Pada 28 Oktober 2007 dini hari, dirinya ditahan polisi dalam sebuah razia di Jakarta, di mana ditemukan 1,5 linting ganja seberat 5 gram yang disimpan dalam sebungkus rokok miliknya. Dalam tes urine, yang dilakukan polisi, Fariz dinyatakan positif menggunakan narkoba jenis ganja.

Read More...

Eclipse Yngwie Malmsteen

Saturday, May 23, 2009 · 0 comments

By the time of Eclipse, Yngwie Malmsteen's influence had spread far across the guitar community -- dazzling technique was almost a prerequisite to play lead guitar in a heavy metal band, and places like the Berklee School of Music and GIT (which used such Malmsteen favorites as Beethoven and Paganini to hone technique) were churning out guitar virtuosos as if they operated assembly lines. The bottom line was that no matter how innovative Malmsteen had been at the outset of his career, he no longer sounded that way, even though as an originator he still far outstripped his legions of mimics.

Thus, Eclipse sounds like a holding pattern -- Malmsteen turns in a competent set of neo-classical rockers that achieve radio-ready status better than much of the material on Odyssey, but there isn't anything that sounds new here. Of course, Malmsteen fans wouldn't have it any other way. ~ Steve Huey, All Music Guide.
  1. Making Love
  2. Bedroom Eyes
  3. Save Our Love
  4. Motheress Child
  5. Devils in Disguise
  6. Judas
  7. What Do You Want
  8. Demon Driver
  9. Faultline
  10. See You in Hell
  11. Eclipse

Read More...